ANALISIS STRUKTUR
BETON BERTULANG
GEDUNG 3 LANTAI
I. Pendahuluan
Rencana bangunan Rumah Tinggal beton bertulang ini terdiri dari 3 lantai. Bentuk bangunan menyerupai segi empat mempunyai ukuran utama 29,8m x 13,00m, dimana diperuntukkan untuk bangunan Gedung Kantor.
II. Konsep Perencanaan Struktur
II.1. Sistem Pondasi
Jenis
pondasi yang digunakan sesuai dengan data tanah dan kondisi lingkungan, hasil
penyelidikan tanah adalah tipe pondasi footplate.
II.2. Sistem
Struktur Atas
Seluruh
struktur atas menggunakan struktur beton bertulang pada elemen balok, kolom dan
sistem atap dengan konstruksi baja ringan.
II.3. Parameter Perencanaan Dasar
II.3.1. Peraturan-peraturan
standar yang digunakan
1. Peraturan
Pembebanan Indonesia untuk Gedung 1987
2. Peraturan
Perencanaan Tahan Gempa Indonesia untuk Gedung 2002
3. Tata Cara
Perhitungan Struktur Beton Bertulang 2002
4. Peraturan
Perencanaan Bangunan Baja Indonesia Tahun 1984
5. Code/Standard/Normalisasi
International yang relevan.
II.3.2. Bahan
(Material)
a.
Beton
Beton
yang digunakan adalah ready mix dengan kualitas K-350 Menggunakan jenis
tulangan baja dengan diameter 8 dan 10 mm menggunakan BJTP 24 (polos) dan untuk
tulangan dengan diameter > 13 mm menggunakan BJTD 40 (ulir).
b.
Baja
Profil
Baja
profil yang digunakan adalah baja yang memiliki mutu BJ-37 dengan tegangan
leleh minimum 2400 kg/cm2 dan tegangan dasar sebesar 1600 kg/cm2.
Mutu yang sama digunakan pula untuk pelat-pelat sambungan.
c.
Baut
Untuk
sambungan struktur baja digunakan baut tegangan tinggi (High Strength Bolt-HSB)
dengan mutu A325 dengan tegangan leleh minimum 6350 kg/cm2.
d.
Las
Mutu
baja Las yang digunakan adalah tegangan leleh minimum 2400 kg/cm2.
II.3.3. Beban
a. Beban Mati
Beban mati pada
struktur bangunan ditentukan dengan menggunakan berat jenis bahan bangunan
dengan berdasarkan Peraturan Perencanaan
Pembebanan untuk Rumah dan Gedung 1987 dan unsur-unsur yang diketahui
seperti pada denah arsitektur dan struktur.
Beban-beban yang
diakibatkan oleh gravitasi yang bersifat permanen dalam hal ini berat sendiri
struktur.
Beban mati yang
diperhitungkan adalah:
Beton =
2400 kg/m3.
Baja =
7850 kg/m3.
b. Beban Hidup
Beban hidup yang diperhitungkan adalah sebagai berikut :
Beban hidup = 250 kg/m2.
II.4. Idealisasi Struktur
II.4.1. Umum
a. Bangunan diidealisasikan
dalam analisa sebagai rangka terbuka (open
frame), terdiri atas balok, kolom, slab dan wall.
b. Dipergunakan
paket program komputer yang memperhitungkan pengaruh lantai kaku, yaitu dengan Etabs
2013.
c. Analisis
struktur dilakukan dengan anggapan berlaku keadaan elastis saja.
II.4.2. Beban-beban
Vertikal
a. Beban hidup
dapat direduksi sesuai peraturan sebelum dikombinasikan dengan beban mati
penuh.
II.5. Perhitungan Struktur Bangunan
II.5.1. Umum
Analisa
pengaruh beban vertikal ditinjau dalam model struktur tiga dimensi.
II.5.2 Analisa
Beban Vertikal
a. Beban terbagi
merata pada tiap lantai sesuai dengan ketentuan yang diuraikan diatas.
b. Beban terbagi
merata ini didistribusikan ke balok-balok berdasarkan teori “yields line”, sedangkan beban yang
langsung bekerja pada balok diterima langsung oleh balok.
II.5.3 Analisis
Penulangan Struktur Bangunan
Penulangan
unsur-unsur utama struktur bangunan seperti balok dan kolom mempergunakan
prinsip daktilitas terbatas, sesuai dengan Tata Cara Perencanaan Struktur Beton
Bertulang 1990. Untuk penulangan balok pengikat, juga diperhitungkan
pengaruh/besaran diferensial setlement.
III. Perencanaan
Struktur Utama
III.1. Letak Perletakan Jepit Pada
Dasar Gedung
Struktur
utama gedung ini didukung oleh pondasi sebagai struktur jepit. Titik-titik
jepit tersebut terletak disetiap kaki kolom dianggap terjepit pada level
pondasi.
III.2. Model Struktur
III.2.1. Asumsi
Struktur
utama dihitung sebagai “open frame”
tiga dimensi dengan bantuan program Etabs 2015. Struktur “open frame” ini ditumpu dengan perletakan jepit pada lantai dasar
karena pelat diasumsikan sebagai pelat dua arah, maka beban gravitasi dari
pelat ditransfer sebagai beban garis ke balok anak. Dari balok anak, beban
kemudian ditransfer ke balok utama sebagai beban terpusat. Dinding-dinding
diperhitungkan sebagai beban garis.
III.2.2 Analisis
Struktur
Data
masukan yang diperlukan untuk program Etabs
2015 dan spread sheet Ms. Excell
adalah properties penampang, material dan geometri dari struktur.
Kondisi-kondisi pembebanan juga diperlukan sebagai data masukan.
Seluruh beban-beban yang diterapkan pada struktur di bagi
dalam beberapa kondisi beban (load condition) dan pada akhir analisis
kondisi beban-beban tersebut dikombinasikan.
III.2.3 Penulangan
III.2.3.1 Balok
Penulangan lentur balok dihitung secara manual berdasarkan hasil/ output
program Etabs 2013. Gaya geser dari balok dengan daktilitas terbatas dihitung
menurut persamaan berikut :
Vu, b = 1.05 (VD,b + VL,b ± 4.0/K VE,b)
dimana :
VD,b = gaya geser balok akibat beban mati
terfaktor
VL,b = gaya geser balik akibat beban hidup
terfaktor
VE,b = gaya geser balok akibat beban gempa
terfaktor
K = faktor
jenis struktur (K > 2)
III.2.3.2 Kolom
Penulangan longitudinal dan geser dari kolom juga dilakukan dengan bantuan
program Ms. Excell dari Ms. Excell adalah jumlah luas tulangan untuk kolom yang
dibutuhkan. Perhitungan tulangan untuk kolom ini juga didasarkan pada teori
daktilitas terbatas. Momen lentur yang digunakan untuk mencari jumlah tulangan
dihitung menurut persamaan dibawah ini :
Mu, k = 1.05 (MD, k + ML,k ± wd NE, k)
dimana :
MD, k = Momen balok akibat beban mati terfaktor
ML, k = Momen balok akibat beban
hidup terfaktor
NE, k = gaya aksial balok akibat beban gempa
terfaktor
wd = faktor pembebanan dinamis
IV.
Pondasi
IV.1. Tipe
Pondasi
Sesuai dengan data-data tanah, kondisi
lingkungan dan engineering judgement, tipe pondasi yang dipilih untuk
struktur utama adalah pondasi footplate.
IV.2. Perhitungan Daya Dukung
Daya
dukung tanah diasumsikan berdasarkan tabel dan data sondir.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar